Fase Trimester Ketiga

Janin Bayi Dalam Kandungan
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi

Fase trimester ketuga, perkembangan tumbuh bayi sangat pesat. Organ-organ dalam tubuh bayi mulai matang sebagai persiapan menghadapi proses persalinan dan kehidupan di luar tubuh ibu. Berikut ini perubahan yang terjadi pada bayi dalam kandungan selama trimester ketiga.

Usia 28-33 minggu pertambahan berat badan bayi kurang lebih 200-250 gram. Refleks mengisap bertambah, sebagai persiapan menyusu pada puting susu ibu setelah lahir kelak. Kemampuan mendengar bayi pun bertambah sempurna. Bayi mendengar bunyi yang merambat melalui air empat kali lebih cepat dibandingkan yang melalui udara.

Usia 33 minggu ini bayi sudah dapat bereaksi secara penuh jika mendengarkan suara musik, misalnya dengan melakukan tendangan. Waktu bayi sekarang lebih banyak dihabiskan untuk tidur.

Usia 35 minggu produksi air ketuban mencapai puncaknya, yakni sekitar satu liter. Dokter akan memantau rata-rata jumlah air ketuban melalui pemeriksaan USG. Ini penting karena dengan melihat rata-rata jumlah air ketuban akan diketahui fungsinya ginjal bayi, normal atau tidak.

Usia 36 minggu ke atas akan ditemukan apakah kepala bayi akan memasuki pelvis (engaged) atau tidak (not engaged). Namun, penentuan masuk atau tidaknya kepala bayi ke pelvis pada usia 36 minggu hanya berlaku pada kehamilan pertama. Pasalnya, pada kehamilan yang kedua dan seterusnya, kepala bayi akan memasuki pelvis menjelang berlangsungnya persalinan. Jika pada kehamilan pertama usia 36 minggu kepala bayi belum masuk pelvis, berarti ada sesuatu yang perlu dicurigai. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Bisa jadi plasenta berada di bagian bawah sehingga kepal tidak bisa masuk kedalam pelvis. Mungkin juga ada kelainan pada kepala bayi seperti hidrosephalus (kepala membesar berisi cairan). Kemungkinan lain adalah pinggul ibu yang memang kecil.
B. Perubahan Tubuh Ibu

Ibu hamil akan merasa kembali kurang nyaman akibat bertambah besarnya rahim. Berikut ini beberapa ketidaknyamanan yang dirasakan ibu pada trimester ketiga.
Sulit tidur, karena posisi tidur tidak senyaman sebelumnya. Jika tidur terlentang, akan timbul rasa sesak karena himpitan dari rahim. Oleh karena itu ibu hamil, dianjurkan untuk tidur miring.
Sering kencing, karena kandung kencing semakin tertekan oleh rahim sehingga daya tampungnya semakin berkurang.
Kaki bengkak. Ini dikarenakan beban jantung meningkat sehingga perlu waktu lebih lama untuk menarik kembali cairan dari bagian tubuh paling jauh. Oleh karena itu ibu hamil setelah beraktivitas disarankan untuk tidur dengan mengganjal kaki sebentar.
Gangguan Yang Mungkin Timbul

Ibu hamil harus mengetahui sedini mungkin masalah yang mungkin timbul, apa yang sedang terjadi pada dirinya dan mengapa bisa terjadi. Pada akhir-akhir kehamilan, akan ada beberapa masalah yang mungkin terjadi.

1. Preeklampsia
Preeclampsia  pregnancy induced hypertension (PHI) atau toxemia gravidarum adalah meningkatnya tekanan darah yang mendadak (sebelum hamil tekanan darah normal) disertai dengan adanya kenaikan kadar protein di dalam urin (proteinuria), (diketahui dari pemeriksaan laboratorium kencing) yang terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu dan pembengkakkan pada tungkai (edema). Jika didapatkan dua kriteria di atas, diagnosis dapat ditegakkan. Dahulu diagnosis ditegakkan jika ada tambahan bengkak pada kaki, tetapi sekarang cukup dengan dua criteria di atas. Preeklampsia dialami oleh ibu hamil, terutama ibu muda yang baru pertama hamil.

Preeklampsia ada dua macam :
1. Preeklampsia ringan, tekanan darah naik ≥ 140/90 mmHg dan protein urin +1/+2.
2. Preeklampsia berat,  tekanan darah naik ≥ 160/100 dan protein urin +3/+4.

Gejalanya biasanya akan mulai terlihat saat usia kandungan menginjak 20 minggu. Gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh ibu hamil antara lain sakit kepala pada daerah dahi, rasa nyeri pada daerah antara perut dan dada, gangguan penglihatan, rasa mual, gangguan pernapasan, dan gangguan kesadaran. Preeklampsia selalu muncul besamaan dengan kenaikan berat badan sehingga terjadi edema, kenaikan tekanan darah, dan adanya protein di dalam urin.
Jika terjadi preeklampsia berat, dokter akan mencoba menurunkan tekanan darahnya sampai menjadi preeklampsia ringan dengan cara memberikan obat antihipertensi golongan tertentu. Jika berhasil, bayi akan dipertahankan di dalam perut sampai usia kehamilan aterm (37 minggu), baru akan dikeluarkan. Pada kondisi seperti ini, ibu harus beristirahat total (bedres)
Jika gejala preeklampsia berat ini tidak tertangani, pasien akan jatuh pada eklampsia, yaitu tekanan darah tinggi yang disertai kejang. Pada diagnosis dokter, kejang yang terjadi pada kehamilan di atas 20 minggu akan dianggap kasus eklampsia dulu sampai terbukti kejang itu bukan disebabkan oleh eklampsia. Jika sampai terjadi eklampsia, akibatnya sangat fatal. Keselamatan jiwa ibu maupun bayinya bisa terancam. Cara penanganannya, bayi harus secepatnya dikeluarkan dari perut ibu tanpa melihat umur kehamilan (walaupun masih prematur). 
Terdapat variasi lain dari preeclampsia ini, yakni sindrom hemolysis elevated liver function and low platelet (HELLP). Gangguan ini ditandai dengan turunnya kadar trombosit darah dan meningkatnya enzim liver yaitu SGOT dan SGPT. Untuk mendeteksi secara dini, setiap kali ibu control kehamilan akan dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
Penyebab timbulnya preeclampsia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Karena itu pula penyakit ini dikenal dengan julukan the disease of theory, yaitu penyakit yang sebabnya hanya bisa menjelaskan secara teori-teori. Teori tersebut belum bisa menjelaskan secara gamblang tentang mengapa ada orang yang terkena preeclampsia sedangkan yang lain tidak terkena.
Mekanisme meningkatnya tekanan darah pada preeclampsia berbeda dengan orang hipertensi. Untuk memperkecil kemungkinan Ibu hamil bisa melakukan diet makan dengan konsumsi makanan rendah lemak. Jika berat badan bertambah (edema), maka harus mengurangi konsumsi garam. Istirahat cukup, dan melakukan pengawasan kehamilan

2. Intra Uterine Growth Restricsion (IUGR)
IUGR adalah suatu kondisi pada bayi yang dalam usia kehamilan aterm (>37 minggu) berat badannya belum mencapai 2,5 kg. IUGR akan menyebabkan bayi yang lahir lebih mudah terkena infeksi dan memerlukan perawatan ekstra. 
Bobot bayi  yang terlalu kecil disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi ke bayi. Bisa jadi karena ada masalah di plasenta, yakni tempat transportasi nutrisi. Salah satu pemicu rusaknya plasenta adalah serangan penyakit, misalnya preeclampsia dan infeksi rubellam cytomegalovirus, dan toksoplasmosis. Banyak hal penyebab IUGR, bayi yang baru lahir mungkin tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi dari plasenta selama kehamilan. Kemungkinan karena Kehamilan ganda (kembar), kelainan bawaan atau kromosom sering dikaitkan dengan berat badan di bawah normal. Pemicu lain adalah gaya hidup yang kurang baik, misalnya merokok dan meminum alcohol dan narkoba, tekanan darah tinggi atau penyakit jantung, penyakit ginjal, gizi buruk.

3. Placenta Previa 
Plasenta previa adalah keadaan plasenta atau sering disebut ari-ari yang tidak pada tempatnya. Plasenta ini berfungsi menyalurkan nutrisi dan oksigen ke janin, memproduksi hormon kehamilan, mengangkut zat-zat tidak berguna dari tubuh janin dan dibuang melalui urin dan fases ibu. Plasenta ini bisa menutupi jalan lahir bayi, baik sebagian maupun seluruhnya, kondisi inilah yang disebut Placenta Previa.
Plasenta akan terus mencari tempat yang kaya oksigen. Jika kurang makan, plasenta akan melebarkan dirinya. Biasanya, risiko tinggi terjadinya plasenta previa dalah bekas operasi Caesar dan multigravid (melahirkan 5 kali).
Gejala yang sering nyata adalah timbulnya bercak pendarahan tanpa disertai rasa nyeri pada usia kehamilan di atas 24 minggu. Jumlah darah bisa banyak, bisa juga sedikit, dan biasanya berulang. Kelainan posisi janin dalam rahim seperti melintang atau sungsang.
Jika letak plasenta menutupi seluruh jalan lahir, bayi harus di lahirkan dengan operasi Caesar. Jika posisinya hanya disamping, kemungkinan masih bisa lahir normal. Namun, risikonya akan terjadi pendarahan yang lebih banyak daripada persalinan biasa.
Faktor pemicu plasenta previa ini karena keadaan rahim yang sudah kurang subur, disebabkan kehamilan di atas usia 35 tahun. Pernah melahirkan bayi kembar.

4. Plasenta Abruption
Plasenta abruption merupakan lepasnya plasenta dari dinding rahim ibu sebelum persalinan. Ada dua macam plasenta abruption, yakni yang disertai pendarahan dan tanpa disertai pendarahan.
Penyebab keadaan ini tidak pasti. Namun, biasa terjadi setelah ibu hamil ini mengalami trauma fisik, misalnya jatuh atau terpeleset. Bisa juga karena ibu mempunyai riwayat penyakit hipertensi kronis.
Gejalanya mirip dengan plasenta previa. Ada yang menimbulkan pendarahan, ada juga yang tidak. Gejala yang membedakan adalah terjadi nyeri pada perut seperti kram yang berlangsung terus-menerus tanpa jeda.
Tergantung pada pemeriksaan. Jika hanya sebagian kecil yang terlepas dan tidak bertambah banyak, kemungkinan kehamilan masih bisa dipertahankan. Namun, jika bagian yang terlepas agak banyak, keselamatan bayi maupun ibu bisa terancam. Untuk itu, bisa dilakukan induksi persalinan atau operasi Caesar.
Sebaiknya Ibu hamil selalu konsultasi dan dalam pengawasan kedokteran agar kehamilan anda tidak membahayakan Ibu hamil dan juga janin yang dikandung.

5. Prematur Rupture of The Membrane (PRM)
Prematur Rupture of The Membrane merupakan pecahnya ketuban (membrane amnion) sebelum waktunya. Biasanya, ketuban pecah menjelang proses persalinan atau pada saat kepala bayi mau keluar lewat jalan lahir.
Penyebab pasti juga masih belum diketahui. Namun, diduga kuat karena adanya infeksi yang bearsal dari vagina atau saluran kencing yang merambat naik menuju amnion.
Keluarnya cairan dari jalan lahir tanpa disertai perasaan ingin kencing. Cairan tersebut memiliki bau yang khas dari amnion (air ketuban).
Jika terjadi sebelum 37 minggu, janin dan ibu hamil berada pada risiko yang lebih besar untuk komplikasi. Prematur Rupture of The Membrane menyebabkan sepertiga dari semua kelahiran prematur.
Jika umur kehamilan ibu sudah di atas 37 minggu dan berat bayi sudah di atas 2,5 kg, gejala ini biasanya akan disertai dengan kontraksi dan akan melalui proses persalinan. Jika tidak terjadi kontraksi, akan dilakukan induksi persalinan sesuai dengan sarat dan indikasi.
Untuk itu, disarankan masuk rumah sakit untuk bedrest dan diberi antibioatik. Kesejahteraan janin juga akan terus dipantau misalnya dengan mengamati jumlah air ketuban. Intinya, sebisa mungkin bayi dipertahankan sampai aterm, tanpa memberi ancaman keselamatan pada bayi maupun ibu.

Terima kasih anda telah membaca artikel Fase Trimester Krtiga ini mudah-mudahan bermanfaat bagi Anda. Dan jika anda belum membaca Fase Trimester Pertama dan Fase Trimester Kedua silahkan anda kunjungi dan klik Fase Trimester Pertama dan Fase Trimester Kedua.